Selasa, 14 Mei 2013

Kita Adalah Sebuah Film




Seperti dalam sebuah ruang teater. 
Lampu ruang dimatikan tanda bahwa film akan diputar. 
Film tentang hidup dan kehidupan.
Ruang gelap.
Dan lampu proyektor pun menyala, memutar roll film.
Nampak sebuah layar besar dihadapan kita.
Sebuah transisi dari layar gelap lalu kemudian terang, muncul gambar demi gambar.

Waktu demi waktu, seirama roll film berputar.
Alur cerita mengalir seperti air.
Memainkan sebuah peran.
Masing-masing kita diberi sebuah peran oleh Sang Penulis Cerita.

Peran demi peran terjalin menjadi sebuah harmonisasi cerita.
Menjadi sebuah kisah.
Sebuah sejarah.
Mungkin begitu maksud sebuah film itu dibuat.

Apa jadinya jika sebuah film tak ada konflik?.
Tak ada konflik, tak ada plot dan tak ada struktur cerita.
Cerita datar dan hambar. Monoton dan mudah ditebak.
Film akan menjadi sebuah tontonan yang menjemukan.

Sang Penulis Cerita membuat skenario hidup penuh kejutan dan misteri.
Scene demi scene seiring roll film diputar waktu menjadi sebuah episode.
Episode tentang kita yang kita tidak tahu akhir cerita akan seperti apa?

Gambar demi gambar mulai redup. The End.
Episode kitapun ditentukan waktu.
Sebuah transisi dari layar terang kemudian gelap.
Lampu ruang bioskop dinyalakan.
Dalam terang satu demi satu para penonton keluar ruang.

Ruang bioskop sepi kembali.
Menunggu saatnya diputar kembali sebuah film.
Entah, film siapa lagi?




Mungkin begitu maksud sebuah film itu dibuat.

*********

Serpihan Abad, Kita Adalah Sebuah Film.


Ilustrasi Gambar : www.flickr.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar