Setiap hela tarikan napas adalah atmosfir fiksi.
Gerak langkah, gelak tawa dan sepi sedih adalah alur cerita dalam episode hidup.
Tak ingin ku lupa, setiap detail sakit itu.
Seperti tulang dan rangka yang menyanggah tubuh, rasa itulah yang membangun coretanku seolah hidup.
Yang kemudian menikamku kejam.
Lalu aku mati di alinea terakhir yang bercerita tentang pagutan selamat tinggalmu di bibirku.
Sebuah fiksi yang ku tulis sendiri dengan tinta sepi.
Dan aku lebih memilih menyesap larutan senja.
Karena di secangkir teh tarikmu tertinggal luka kenang menganga.
**********
Serpihan
Abad, Di Secangkir Teh Tarikmu.
Ilustrasi
Gambar : vidaparalasierranorte.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar