Minggu, 30 Juni 2013

Satu Kisah Cinta



Di sudut mana aku ada?
Di segi tiga hati?
Di lingkar perih? Di luas sepi?
Atau Di dimensi tak bertepi?

Aku hanya kelana asing di lingkar peta hidupmu.
Terdampar  di cinta antah berantah.
Hendak kemana? jika semua jalan yang lalu tumbuh menjadi luruh dan tertunduk dijiwa.
Engkau melukai atau membahagiakanku.
Tak bisa lagi terasa.
Semua pergantian suasana ini hanyalah latihan pendewasaan jiwa.
Bukankah sebagai wanita, aku berharap memiliki satu kisah cinta yang ku impikan  sepanjang hidupku?
Satu kisah saja sebelum aku dipanggil.


**********

Ilustrasi Gambar dari link : art illusion.com

Kamis, 27 Juni 2013

Kesepian






Note book dan ball point.
Kaca mata baca dan segelas air putih yang siap kuteguk saat ku terbangun dari mimpi-mimpi buruk.
Dan sebuah novel yang sedang ku baca.
Itulah pernak pernik yang setia ada di atas meja jati di samping tempat tidurku.

Selimut dingin. Bantal guling.
Tempat tidur kayu yang berderit menjerit.
Kala ku terbaring dan membalikkan badan.
Uh !, sayang kau tak ada disini.

Siaran Televisi yang terus menyala.
Temani malam-malam sepiku.
Aku tak ingat lagi, apa aku sedang menonton Televisi.
Atau aku yang ditonton?

Mengisi hari-hari dengan membaca sebuah roman.
Lalu kucatat kata-kata romantis yang terdapat di novel itu.
Sudah berbuku-buku catatan.
Hah, entah akan ku kirim kemana dan untuk siapa?

Di rumah peninggalan ibu ini, aku tinggal sendiri.
Tak ada yang menemani hari-hari senjaku.
Apa yang harus ku sesali?
Mungkin sampai akhir hayat, Tuhan tidak memberi ku jodoh.

Bapak yang raib entah kemana? Meninggalkan tanggung jawab yang harus ibu pikul sendiri.
Mengambil pekerjaan sebagai buruh cuci untuk bisa menghidupi kami semua.
Sebagai anak pertama, sudah kewajibanku ikut memikul tanggung jawab meringankan beban ibu.
Ku putuskan untuk berhenti sekolah. Lalu bekerja di sebuah pabrik rokok. Awalnya ibu berkeberatan. Tapi, apa mau dikata, memang sudah seperti itu garis hidup yang harus ku jalani.

Melinting, menggulung tembakau lalu membungkusnya dengan paper hingga menjadi sebatang rokok.
Batang demi batang rokok, kami susun dan letakkan diatas roda ban berjalan kemudian dengan bantuan mesin di pak menjadi sebungkus rokok yang siap untuk dipasarkan.
Pekerja anak-anak katanya ilegal. Apakah aku harus tercebur ke dunia prostitusi? Aku masih punya pikiran waras. Dan sedikit rasa takut dosa kepada Tuhan. Selama aku dan pabrik saling membutuhkan dan menguntungkan, pekerja anak-anak akan terus berlangsung.
Aku membutuhkan pekerjaan. Dan pabrik pun beruntung bisa menggaji ku dengan upah dibawah standar. Mutualisme itu pun seolah menjadi syah dan masuk akal.

Walau gaji sedikit, lumayan bisa membantu biaya adik-adikku sekolah.
Dengan tekad bulat ku tekuni pekerjaan ini. Tak ada lagi waktu untuk bermain-main seperti teman-teman sebayaku. Dalam hidupku cuma ada kerja dan kerja.
Hingga sampai setua ini, aku tak mengenal rasanya mencinta dan di cinta oleh seorang laki-laki.
Alhamdulillah, pengorbananku tak sia-sia. Lambat laun karirku menanjak hingga dipercaya menjadi seorang manager.

Dari dulu sudah ku tekankan pada adik-adikku untuk tetap terus bersekolah dan melanjutkan hingga ke bangku kuliah.
Demi masa depan mereka sendiri, agar mereka tidak bernasib sepertiku. Bekerja menjadi seorang buruh tanpa pendidikan dan keahlian yang memadai.
Aku ingin, mereka dihargai. Tidak sepertiku yang hanya bisa bersandar pada nasib baik saja.
Biar aku saja yang menjadi lilin dikeluargaku.

Seperti malam-malam sebelumnya.
Aku tidur sendiri.
Kemana dia yang biasa tidur disampingku?
Apakah dia telah bosan juga tinggal bersamaku?

“Miaauw … miauw!” Suara seekor kucing siam masuk kedalam kamar. “Aih, kemana saja kau seharian ini?”
“Miaauw … miauw!” Kucing itu bermanja-manja dibetisku.
“Bagaimana? Sudah kau temukan kucing yang kau sayangi?” Tanyaku sambil mengelus-elus kepalanya.
Kucing itu hanya menjawab, “miiiaauw… miauuw.” Hihihi… sama-sama kesepian, tak ada bedanya aku dengan mu, Miaauw.


*********

Ilustrasi Gambar : www.ciker.com

Selasa, 25 Juni 2013

C’est La Vie





C’est La Vie

( 1 )

Dengarlah bisik angin mengusik batang-batang padi.
Rumah kecil di tepi sawah.
Kaki-kaki kecil berlari di pematang.
Bersama gelatik yang menari dan bernyanyi.

Itu putik puisi yang sempat ku petik tadi pagi.
Dari kesederhanaan cinta.
Keindahan bersahaja.

Suara-suara kecil anak kita memanggil.
Adalah pengejawantahan cinta kita yang tak terbantah.

Tapi ...

Tuhan tak pernah mencipta hari yang sama.
Hari kemarin, hari ini dan hari esok adalah hari-hari yg selalu berbeda.
Entah menjadi hari terburuk atau terbaik buat kita, itu adalah hari-hari kita.
Detak jantung detik waktu tak pernah kembali.
C’est la vie ! Hidup terus berjalan.
Siapapun yang berjalan pada rel tujuan, pasti akan sampai.
Semoga ku bijak memilih bahagia. Bahagia dalam bersama atau berpisah.

Lihatlah padi yang mulai menguning!
Itu juga pengejawantahan cinta Tuhan.


( 2 )

Aku menyesap seteguk rindu yang masih tersisa.
Yang kau tuang dalam cangkir keraguan.
Di simpang lima pojok cafe’.
Sepanjang siang dan senja hari.
Apa arti sebuah kenangan?.

Cinta tak kan lelah.
Tak kan lelah.
Dan tak akan kalah.
Karena cinta adalah alasan terkuat.
Dan harapan yang bertujuan.
Aku pun menyerah pada cinta yang tak bisa ku elak.

Disimpang lima pojok cafe’.
Secangkir keraguan yang kuaduk dengan kegetiran dalam pahit manis nya kenangan.
Tapi apa yang mesti dikenang lagi?

C’est la vie!

Tinggalkan mata yang berkaca.

*********